• “Aku mencintaimu karena Allah”

    Kalimat yang sulit aku temukan maknanya seperti apa.Namun kurang lebih dari beberapa buku yang pernah aku baca …
    Cinta karena Allah ialah hal-hal yang termasuk ke dalam pengertian kesempurnaan cinta kepada-Nya dan berbagai tuntutannya, bukan keharusannya.
    Karena sesungguhnya cinta kepada Sang Kekasih menuntut yang bersangkutan untuk mencintai pula apa yang disukai oleh Kekasihnya dan juga mencintai segala sesuatu yang dapat membantunya untuk dapat mencintai-Nya serta menghantarkannya untuk dapat meraih ridha-Nya dan berdekatan dengan-Nya
    Ya,, Sekali lagi aku mencintaimu karena Allah
    Karena Allah menciptakan makhluk seindah kamu
    Karena Allah menciptakan makhluk se sempurna dirimu
    Aku mencintaimu karena Allah

    Karena Allah memberikan aku anugrah yaitu cinta
    Karena Allah mempertemukan aku dengan dirimu
    Karena Allah menunjukkan apa yang aku inginkan yaitu kamu
    Lalu bagaimana aku setelah itu
    Apaka harus aku pendam ?
    Apakah harus aku serahkan kembali kepada-NYA
    Ya Allah Haramkah aku apabila aku menginginkan makhlukmu?
    Haramkah aku apabila ia juga mencintai aku?
    Ya Allah haramkah aku yang ingin selalu bersamanya
    Walaupun belum halal bagiku?
    Itu yang sampai saat ini selalu da di benakku
    Dosakah aku?
    Yang memilah milah perintahmu
    Yang memilah milah laranganmu

    Aku pernah mendengar cerita dahulu ada sebagian ulama memahami sabda Nabi saw. yang membolehkan “melihat calon istri” sebagai “membolehkan melihat wajah dan telapak tangan.” Kini sementara ulama memahaminya lebih dari itu, yakni mengenalnya lebih dekat, dengan bercakap-cakap atau bertukar pikiran, selama ada pihak terpercaya yang menemani mereka, guna menghindar dari segala yang tidak diinginkan oleh norma agama dan budaya.” Ketika itu, jika terjalin hubungan cinta kasih antara keduanya–meskipun itu berupa cinta kasih yang muncul sebelum menikah–maka agama tidak menghalanginya.
    Dalam konteks perintah Nabi saw. untuk melihat calon istri yang dikutip di atas, terbaca bahwa beliau tidak menentukan “batas-batas tertentu” dalam “melihat”. Beliau hanya menentukan tujuan melihat dan hal ini menunjukkan keluwesan ajaran Islam dan keistimewaannya, sehingga memudahkan setiap orang pada setiap masa untuk menyesuaikan diri dengan adat istiadat, etika, dan kepentingan mereka, selama dalam batas-batas yang wajar.
    Ya Allah
    Lalu bagaimana dengan aku ?
    Yang selalu ingin menyentuh tangannya seraya takut untuk terlepas
    Yang selalu tak ingin mengalihkan pandanganku seolah takut untuk tdk bisa melihatnya kembali.
    Tapi yang aku tahu , aku adalah hambamu yang sangat menikmati anugrahmu
    Yang terkadang takut aku mencintainya lebih dari aku mencintaiMu
    Ya Allah Aku takut lebih banyak menyebut namanya dari pada menyebut kekasihmu , Rasulku

    Ya Allah ajarkan aku menncinta dengan sederhana
    Ajarkan aku agar lebih pandai memendam cinta
    Ajarkan aku untuk lebih mencintaimu dan kekasihmu
    Ya Allah jagalah aku dari dosa dunia
    Jagalah dia dari dosa cinta
    Aku mencintainya karena Mu
    Aku pun akan rela melepaskannya apabila kau kehendaki..
    Tapi sebelum itu ajarkanlah kami cara mencintai dengan ikhlas
    Ajarkanlah kami menjaga ini sampai tiba waktunya….

    http://fiksi.kompasiana.com/

2 komentar:

  1. Ash-Shaffat mengatakan...

    Artikel yang menarik <((^___^))>

    Tapi ko cara komennya ribet banget yach >_<

  2. Unknown mengatakan...

    hahaha... gak ngerti caranya biar gak ribet... masih belajar... *^______^*

Posting Komentar