• Karena Dia Begitu Mencintai Kita

    Sahabat, ingatkah sewaktu kecil kita memiliki cita-cita yang sangat tinggi. Cita-cita yang kita gantungkan begitu tingginya, entah kapan cita-cita itu bisa terwujud. Ketika ada yang bertanya, “Adik, apa cita-citamu sayang?” Biasanya kita akan menjawab mau menjadi dokter, polisi, guru, bahkan presiden.

    Berbagai cara kerap kita lakukan untuk meraih cita-cita, belajar dengan tekun hingga lupa waktu dan mengikuti pelajaran tambahan di luar jam sekolah.

    Waktu berjalan sesuai dengan aturan-Nya dan tanpa terasa kita sudah beranjak besar, bahkan berhasil melewati fase remaja. Sudah sekian lama hidup kita dihabiskan untuk mengejar cita-cita kita di dunia atau sibuk mengejar masalah dunia.

    Sebagian dari kita akan merasa sangat bahagia ketika apa yang dikejar selama ini berhasil dicapai dan sebaliknya. Sebagian dari kita merasa sedih serta menyesal karena cita-citanya tidak tercapai.

    Ketika beranjak memasuki perguruan tinggi, banyak yang masih berada di ambang kebingungan: “Kenapa ya saya kuliah di jurusan ini? Padahal dulu enggak ingin kuliah di sini?”



    Sahabat, ingatkah bahwa apa yang kita raih tidak terlepas dari kehendakNya? Mungkin kita merasa bahwa kita sudah menghabiskan waktu banyak untuk mengejar cita-cita kita. Bukan hanya waktu tetapi juga menghabiskan banyak biaya untuk mengejarnya. Pada akhirnya tidak semua orang yang begitu gigih mengejar cita-cita bisa meraihnya. Satu kata di akhir perjuangan: “Saya lelah...”

    Sahabat, ingatkah bahwa apa yang kita dapatkan adalah yang terbaik bagi kita? Mungkin apa yang kita dapatkan saat ini bukan keinginan kita, tetapi ketika kita mengimani-Nya sepenuhi hati maka kita akan mengetahui bahwa apa yang kita raih sesungguhnya adalah apa yang kita butuhkan.

    Sahabat, ketika kita merasa lelah, ingatkah kita bahwa dahulu kala Rasulullah begitu gigihnya berjuang untuk kita? Tetapi mengapa lantaran tidak berhasil meraih apa yang kita cita-citakan, lalu merasa lelah? Padahal Dia akan memberikan hak kita setelah kita menjalankan semua kewajiban kita. Dia juga memberi 'hadiah' untuk kita sesuai dengan ikhtiar dan tawakkal kita.

    Sahabat, cobalah untuk menerima keadaan kita. Ketika malas kuliah dan belajar, ingatlah di luar sana masih banyak sahabat-sahabat kita yang tidak berkesempatan menuntut ilmu yang tinggi seperti kita. Ketika merasa tidak cocok dengan jurusan yang kita jalani saat ini, ingatlah di luar sana banyak orang menunggu kelulusan kita karena kita bermanfaat untuk mereka.

    Sahabat, sesungguhnya yang terpenting bukan kuliah di jurusan apa dan di universitas apa tetapi yang terpenting adalah: "Seberapa bermanfaatkah kita untuk orang lain?"

    Sahabat, ketika engkau merasa Allah tidak adil atas nasibmu maka selamanya engkau akan terpuruk dengan pemikiranmu sendiri. Buka mata, hati, dan pikiranmu. ”Allah sesuai dengan apa yang dipersangkakan hamba-Nya...” Berkhusnuzhanlah kepada Dia, karena Dialah sang penulis skenario terhebat!

    Bercita-citalah yang tinggi serta diiringi usaha dan doa juga niatkan semua itu untuk beribadah kepada Allah SWT. Kalau jawaban di dunia tidak seperti yang kau inginkan, mungkin Dia sedang menyiapkan balasan yang indah di syurga untuk kita.

    Bahkan yang sering terdengar adalah: ”Kejarlah cita-cita akhiratmu, maka dunia akan mengikutimu...”

    Untuk mencapai cita-cita tertinggi adalah niatkan semua yang kita lakukan untuk beribadah kepada-Nya dan jadilah individu yang bermanfaat. Insya Allah hati kita akan selalu dilapangkan menerima semua 'hadiah'-Nya.

    Karena Dia begitu mencintai kita...

    Sumber :

    Mega Tala Harimukti

    www.Penulis165.com

0 komentar:

Posting Komentar