• Di Persimpangan Jalan

    Di persimpangan sebuah jalan, saya melihat seorang kakek tua yang berdiri ditopang tongkatnya. Dengan wajahnya yang lesu mengikuti perubahan zaman, kakek tersebut seperti sedang menanti sesorang.

    Ditemani dengan wajahnya yang lesu mengikuti perubahan zaman, kakek itu seperti menunggu hal yang tak pasti. Melihat ia masih terus sendiri, kemudian saya hampiri dan mulai saya ajak bicara kakek itu.

    “Kek menunggu siapa?” tanya saya.

    Si kakek menjawab, “Menunggu waktu untuk kembali.”

    “Maksud kakek?” kembali tanya saya dengan heran.

    “Anak muda, rasanya berat untuk terus menjalani hidup. Saat ini kakek berdiri dipersimpangan jalan, kakek bingung jalan mana yang harus kakek pilih. Jalan yang telah kakek injak semua tak ada yang lurus,” ucap kakek itu.

    “Jalan kehidupan maksud kakek?” lagi tanya saya.

    “Betul nak. Anak-anak kakek semua tidak peduli sama nasib kakek, mungkin karna kakek salah mengajarkaan kemana mereka harus berjalan. Saat ini kakek terlantar, kakek bingung nak, apakah mungkin jalan kakek yang renta ini bisa lurus?” tanya kakek padaku.

    “Kakek tidak perlu khawatir, Allah akan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Kakek tak perlu takut akan apa yang pernah kakek lakukan dimasa lalu, Allah itu luas ampunannya,” kata saya menjawab pertanyaan kakek.

    Kemudian si kakek itu kembali bertanya, “Nak, kalimat apa yang bisa kakek katakan di akhir usia kakek?”

    “Kalimat syukur kek, karna kakek di beri usia panjang dan kalimat istighfar untuk mensucikan kehidupan. Pilihlah jalan yangg lurus kek yaitu jalan Ashaduanlaailaaha illallah, wa'ashadu anna Muhammadan rasulullah,” ucap saya.

    Usai perbincangan tadi, sang kakek mengucapkan terima kasih dan ia pun kemudian pamit pulang. Dengan wajah yang semringah, kakek itu meninggalkan persimpangan itu.

    Sumber :
    NURHIDAYAT

    www.Penulis165.COM

0 komentar:

Posting Komentar